Katalog Induk Perpustakaan Sekolah

Hotline

Hotline

+6221-5707870

Seorang istri sampai pada acomodadornya, titik menyerah yang menghalangi untuk melangkah lebih jauh bersama suami yang dicintainya. Pilihannya hanya dua, yaitu berhenti mencintai atau menunggu suaminya mendatanginya. Esther memilih menghilang, pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan jejak-jejak samar. Jika suaminya mencintainya, suaminya akan mencarinya meskipun dengan jejak yang teramat minim.

Narasi novel ini dipegang oleh “aku”, suami Esther. Si suami adalah pemuda yang dulunya sangat miskin, yang kemudian menjadi terkenal karena kepiwaiannya menulis lirik lagu. Sebelum menjadi suami Esther, dia sudah tiga kali menikah, dan selama menikah dengan Esther, dia juga beberapa kali berhubungan dengan perempuan lain. Namun si suami selalu kembali pada Esther dan menganggap tempat Esther tidak akan tergantikan oleh siapapun.

Esther gigih mencarikan jalan bagi suaminya untuk menulis buku. Si suami selalu memiliki banyak alasan untuk tidak menulis buku, padahal itulah yang sangat dicita-citakannya. Esther melakukan semuanya untuk membuat suaminya percaya diri dan berkonsentrasi, mulai dari merayu, menemani sampai akhirnya memaksanya melakukan tetirah. Usaha Esther berhasil dan suaminya menjadi tambah terkenal selayaknya selebriti.

Tiba-tiba Esther yang wartawan memutuskan untuk meliput perang, dan semakin keranjingan berada di medan perang sampai berbulan-bulan. Menurutnya, orang-orang yang sedang berperang adalah orang-orang yang benar-benar mencintai kehidupan. Suaminya membebaskan Esther sebagaimana Esther juga membebaskan dirinya. Mereka bahkan saling tidak cemburu lagi meskipun sadar di tempat berjauhan dan lama memungkinkan keduanya menjalin hubungan dengan orang lain. Bahkan ketika Esther menyebut nama Mikhail, penerjemahnya di medan perang, suaminya menerimanya dengan biasa saja.

Akhirnya Esther lenyap. Awalnya suaminya dipenjara sebagai tersangka. Tapi kemudian polisi melihat bahwa Esther telah mempersiapkan semuanya. Si suami marah tapi juga bingung. Awalnya dia sedih luar biasa seolah hidupnya berhenti. Baginya Esther adalah zahirnya, sesuatu yang disentuh atau dilihat, takkan pernah bisa terlupakan, dan sedikit demi sedikit akan memenuhi seluruh pikiran kita, sehingga kita terjerumus dalam kegilaan. Lambat laun, dia menulis gila-gilaan dan menghasilkan satu novel terkenal curahan hatinya. Dia juga menjalin hubungan serius dengan Marie, editornya yang sangat peduli padanya.

Meskipun sudah dua tahun Esther menghilang, si suami tidak kunjung tenang karena ada perasaan tidak selesai dalam dirinya. Dia memutuskan mencari Esther melalui Mikhail. Dia menelusuri melalui orang-orang yang dikenal Esther, yang kebanyakan adalah orang-orang tidak bahagia dan pengemis. Esther memberi secarik kain berdarah, bekas baju tentara yang tewas, yang kemudian digunakan si suami sebagai benang merah untuk menemukan Esther. Dalam pencarian itu, si suami semakin mengenal pribadi Esther yang dicintai orang banyak, sementara dia sendiri yang memperlakukan cinta dengan sinis dan satir, mulai mengerti cinta dalam arti terdalamnya.

Ketika Mikhail melihat perubahan mendasar pada pandangan si suami tentang cinta, Mikhail bersedia mengantarnya ke tempat Esther menentramkan diri, yaitu di sebuah padang rumput tandus di Kazakhtan, dimana memang tidak ada sesuatupun untuk membuat manusia menginginkan sesuatu kecuali cinta. Esther mengisi harinya dengan membuat karpet sambil membaca novel-novel suaminya, serta mengajarkan bahasa Perancis pada perempuan setempat.

Melihat kesederhanaan Esther saat itu, dan suara Esther membacakan bagian terakhir novel si suami pada perempuan-perempuan desa yang sedang membuat karpet, si suami tercekat haru. Menurut kata-kata bijak Persia, cinta adalah penyakit yang tak seorang pun ingin bebas darinya. Mereka yang tertular tak ingin sembuh, dan mereka yang menderita tak ingin diobati (Coelho, 2014:429).

Pada saat itu cintanya pada Esther mencapai satu lingkarangan penuh. Bahkan ketika Esther mengaku sedang hamil dari laki-laki yang hanya singgah sebentar dalam hidupnya, si suami tidak peduli karena si suami juga merasa bertanggung jawab hingga Esther harus menyiksa diri sekian lama di medan perang hingga akhirnya menyingkir ke dunia yang sangat sepi itu. Esther mengulurkan kain dengan bercak darah terakhirnya, yang disimpan untuk si suami, “Aku rindu pada perdebatan-perdebatan kita.”

Pengarang Paulo Coelho
Andang H Sutopo
Edisi
No. Panggil 823 COE z
ISBN/ISSN 9789792268362
Subyek Novel Terjemahan
Klasifikasi 820
Bahasa Indonesia
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit 2011
Tempat Terbit Jakarta
Kolasi 437 hlm.; 13,5 x 20 cm.
Detil Spesifik
Baca Daring