Katalog Induk Perpustakaan Sekolah

Hotline

Hotline

+6221-5707870

Brida ingin menjadi serang penyihir. Ia mendatangi seorang guru bernama Magus dan berharap laki-laki itu mau mengajarinya. Sebelum menerima Brida sebagai muridnya Magus bertanya, mana yang akan Brida pilih ketika nanti ia sedang belajar tentang sihir lalu bertemu dengan orang yang dicintainya, akankah ia memilih cinta atau terus belajar? Brida dihadapkan pada pilihan yang sulit, namun ia tetap memilih cinta. Jawaban jujur dari Brida membuat ia diterima oleh Magus sebagai muridnya.

“Tradisi Matahari, yang mengajarkan rahasia-rahasia dalam ruang dan dunia yang mengelilingi kita, dan Tradisi Bulan, yang memberikan pengetahuan melalui waktu dan segala seseuatu yang terperangkap dalam ingatan waktu.” (halaman 22)

Selain belajar dengan Magus, Brida juga belajar kartu tarot dengan Wicca. Brida sempat merasa tak yakin untuk belajar tentang sihir dan ingin berhenti belajar. Namun Wicca meyakinkan Brida bahwa Brida memiliki ‘bakat’. Wanita itulah yang kemudian banyak mengajari Brida tentang hal-hal yang ingin Brida ketahui.

Selain belajar tentang sihir, Brida juga sangat ingin tahu tentang pasangan jiwa. Ia telah memiliki seorang kekasih bernama Lorens yang baik dan selalu menemaninya, namun ia takut jika ternyata Lorens bukanlah pasangan jiwanya.

“Apakah mungkin bertemu dengan lebih dari satu Pasangan Jiwa dalam tiap kehidupan?”

“Ya,” pikir Wicca dengan pahit. Dan ketika hal iu terjadi, hati pun terbagi, dan hasilnya adalah sakit dan penderitaan. (halaman 41)

Brida terus belajar dengan Magus dan Wicca. Hingga suatu saat ia menyadari satu hal; ia mulai mencintai gurunya, Magus. Brida tak tahu siapa yang harus dipilihnya Magus ataukah Lorens?

“Ketika kita pertama kali bertemu—sekalipun untukku itu terasa seperti aku sudah mengenalmu lama, karena aku tidak bisa mengingat dunia sebelum pertemuan itu—aku menunjukkan kepadamu Malam Kelam. Aku ingin melihat bagaimana dirimu akan menghadapinya sampai batasanmu sendiri. Aku tahu kau adalah Pasangan Jiwaku, dan kau akan mengajariku semua hal yang perlu kupelajari—bahwa itulah alasan Tuhan membagi lelaki dan perempuan.” (halaman 228)

Saya tertarik membaca Brida ketika melihat nama Paulo Coelho di sampulnya. Saya pernah membaca ‘The Alchemist’ yang merupakan karya beliau, dan ketika membaca novel tersebut saya merasa sangat bersemangat. Banyak hal baik yang saya dapatkan dari novel ‘The Alchemist’ tentang perjalanan mencapai tujuan dan cinta. Selain itu, ‘The Alchemist’ juga memunculkan cerita yang menarik tentang perjalanan Santiago, seorang penggembala domba yang pergi mencari harta karun.

Ekspektasi yang berlebihan terhadap Brida membuat saya cukup kecewa membaca novel ini. Selain nama Paulo Coelho yang membuat saya membaca Brida, saya tertarik untuk membaca novel ini karena blurb di sampul belakang yang membuat penasaran. Saya pikir Brida berkisah tentang pencarian tujuan kehidupan dan belahan jiwa, tapi ternyata saya salah. Meski tidak sepenuhnya salah, tapi saya cukup kecewa setelah membaca novel Brida.

Kisah yang disuguhkan dalam novel ini kurang menarik. Selain itu, tidak seperti The Alchemist yang mudah dipahami, Brida sulit untuk dipahami. Dalam novel ini terasa datar-datar saja, sebab tidak ada hal yang menegangkan. Hal yang paling saya suka dari novel ini mungkin terletak pada akhir cerita. Cerita bergerak menjadi lebih jelas tentang hubungan Brida, Magus, dan Lorens yang membuat sedih.

Secara keseulurahan, Brida adalah novel yang cukup berat dibaca. Masih seperti tulisan-tulisan Paulo Coelho di novel-novel lainnya yang memasukan tentang makna kehidupan, Brida juga demikian.

Pengarang Paulo Coelho
Eduard Iwan Mangopang
Edisi
No. Panggil 823 COE b
ISBN/ISSN 9789792272239
Subyek Novel Terjemahan
Klasifikasi 820
Bahasa Indonesia
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit 2011
Tempat Terbit Jakarta
Kolasi 231 hlm.; 13,5 x 20 cm.
Detil Spesifik
Baca Daring